Wakil Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Sumatera Barat Bidang Hisab, Bahktiar, kepada Haluan mengatakan, PP Muhammadiyah telah menetapkan 20 Juli 2012 awal 1 Ramadan 1433H. Hal ini berdasarkan metode penetapan hisab yang menunjukkan Matahari telah terbenam terlebih dahulu dari pada 29 Sya’ban.
“Tidak seperti biasa, tahun ini diprediksi terjadi perbedaan dalam menentukan awal 1 Ramadan. Biasanya Muhammadiyah dan pemerintah
berbeda
dalam menentukan 1 Syawal atau Lebaran. Namun sebaliknya, pada tahun
ini akan terjadi perbedaan pada masuk 1 Ramadan. Sementara dalam
penentuan 1 Syawal kemungkinan akan sama,” kata Bahktiar.
Ia menjelaskan, perbedaan tersebut akan terjadi karena cara
menentukan masuknya 1 Ramadan, Muhammadiyah menggunakan hisab.
Sementara pemerintah menggunakan motode rhukyat. Saat Matahari
tenggelam, ketinggian hilal hanya 1.3. Bagi Muhammadiyah, ini sudah
memenuhi kriteria wujudul hilalnya. Sedangkan bagi pemerintah tetap
merujuk imkanur rukyat di atas 2.Dikatakannya, sementara untuk merukhiyat pada 29 Sya’ban tidak dimungkinkan. Karena ketinggian hilal baru 1.3. Sementara pemerintah baru akan mengklaim berhasil melihat hilal pada tanggal 19 Juli setelah sidang itsbat. Oleh sebab itu, Muhammadiyah akan berbeda memulai 1 Ramadan dengan pemerintah. “Muhammadiyah akan memulai puasa tanggal 20 juli 2012. Sedangkan memulai salat taraweh tanggal 19 Juli,” katanya.
Bahktiar menambahkan, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumbar secara resmi akan meluncurkan Imsakiyah Ramadan 1433 H di gedung Dakwah Muhammadiyah Sumbar Jalan Sawahan No. 22 Padang, 16 Juli 2012. Imsakiyah besar sepanjang 4X6 meter akan di pajang pada dua tempat yaitu di Gedung Dakwah Muhammadiyah dan Masjid Muhammadiyah Kota Padang.
“Launching Imsakiyah ini untuk menjadi acuan pelaksanaan ibadah Ramadan. Tidak hanya penetapan 1 Ramadan yang jatuh pada tanggal 20 Juli saja, juga menetapkan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 19 Agustus 2011,” kata Bahktiar.
Selain itu, Bahktiar juga mengimbau masyakat tidak mempersoalkan perbedaan yang terjadi. Tetapi juga mengambil hikmah dari perbedaan tersebut. Hal tersebut juga terjadi karena perbedaan metode yang digunakan. Dia juga mengajak warga masyarakat agar mengisi Ramadan nanti dengan melakukan amal ibadah sebanyak mungkin.
Sementara itu, ketua persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumbar H Boy Lestari mengatakan, untuk menentukan 1 Ramadan dan 1 Syawal, mereka tetap berpedoman kepada pemerintah. Ia berpendapat, terjadinya perbedaan tidak bisa dielakkan karena cara yang ditempuh oleh pemerintah dan Muhammadiyah berbeda.
“Tidak perlu mempersoalkan perbedaan. Karena, masing-masing metode sudah memiliki dasar yang kuat. Sekarang tinggal bagaimana kita berpedoman terhadap apa keyakinan sudah kita pegang,".***Ari RM***
No comments:
Post a Comment