“Pandangan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda.” Begitu bunyi salah satu bunyi iklan salah satu parfum terkenal yang ada di televisi. Iklan itu dibuat pastilah dibuat dengan maksud bukan hanya sebagai magnet untuk menarik konsumen, namun lebih dari itu si penjual ingin meyakinkan kepada seluruh orang bahwa setelah memakai parfum tersebut, si pemakai akan ”menggoda” untuk menjadi sesuatu yang spesial bagi orang lain.
Seorang fasilitator/ Trainer tentu juga menginginkan tetap mengesan di hati para pesertanya. Kesan pertama akan sangat menentukan ”marketable” seorang fasilitator. Fasilitator/ trainer yang mampu membuat para pesertanya terkesan, akan membuat fasilitator yang bersangkutan semakin laku. Paling tidak apa yang disajikan olehnya akan tetap diingat oleh para peserta yang pernah dilatihnya.
Berbagai tips membuat kita sebagai fasilitator mengesan, antara lain:
Berbagai tips membuat kita sebagai fasilitator mengesan, antara lain:
a. Tampil beda. Tambil beda selalu akan membuat orang lain mempunyai kesan khusus sekalipun beda secara negatif. Tentu seorang fasilitator tidak akan membuat keputusan untuk tampil beda secara negatif, misalnya dengan berpakaian yang kurang pantas atau berbicara yang jorok-jorok. Fasilitator harus menemukan berbagai strategi untuk dapat tampil beda dalam arti positif. Misalnya saat tampil pertama kali langsung menyanyikan lagu yang sedang hit, baru kemudian memperkenalkan diri dan menyajikan materi dengan penuh percaya diri. Namun upayakan isi lagu bisa dikaitkan dengan materi yang akan dibawakan. Misalnya saat MC menyebut nama anda untuk segera menyajikan materi MENJADI GURU IDOLA, melangkahlah dengan mantap dengan memegang mokrofon dan lantunkan lagu ”
…..
Umar Bakri- Umar Bakri,
(Umar Bakri: Iwan Fals)
…..
Umar Bakri- Umar Bakri,
(Umar Bakri: Iwan Fals)
”Bapak ibu semua, saya akan bersama-sama anda semua untuk belajar bersama tentang bagaimana menjadi guru yang dicintai dan diidolakan oleh anak didiknya.
Banyak teknik lain agar bisa tampil beda dalam arti positif bagi seorang fasilitator, antara lain:
1) Berpakaian yang beda dengan peserta tetapi tetap pantas dan rapi.
Cara yang paling mudah untuk dapat tampil beda adalah dengan cara berpakaian yang berbeda dengan peserta pelatihan. Kalau peserta berpakaian seragam dinas, mungkin fasilitator dapat mengenakan setelan baju berdasi. Apabila peserta mengenakan pakaian bebas, fasilitator dapat mengenakan setelan baju yang santai tetapi khas seperti hitam- hitam seperti crew Trans TV.
Dalam berpakaian yang perlu diingat adalah jangan sampai cara berpakaian yang digunakan fasilitator justru kelihatan tidak rapi atau tidak pantas dikenakan di muka umum. Misalnya seorang fasilitator yang mengenakan rok yang terlalu minim atau hanya mengenakan kaos oblong.
Berpakaian sama dengan para peserta sebenarnya ada nilai positifnya, yaitu secara emosional akan lebih dekat dengan peserta. Namun demikian untuk membuat kesan yang berbeda ada baiknya mencoba untuk tampil dengan pakaian yang berbeda. Untuk menjaga keakraban dengan peserta selain dengan cara berkomunikasi yang baik, tentu cara berpakaian juga tidak boleh terlalu mencolok perbedaannya. Misalnya ketika peserta berpakaian seragam dinas, fasilitator justru menggunakan pakaian santai. Cara demikian akan mengesankan fasilitator lebih rendah levelnya di banding pesertanya. Sebaliknya ketika peserta mengenakan pakaian bebas, fasilitator mengenakan stelan jas berdasi. Cara demikian akan mengesankan fasilitator terlalu tinggi posisinya dibanding peserta.
Walaupun berbeda namun seorang fasilitator dalam berpakaian tetap harus memperhatikan efek psikologis dari cara berbakaiannya tersebut. Tidak boleh terlalu tinggi dibanding peserta, tetapi juga tidak boleh terlalu rendah dibanding pesertanya. Ada baiknya untuk meningkatkan rasa percaya diri fasilitator perlu mengenakan pakaian yang secara psikologis sedikit lebih tinggi dibanding pesertanya.
1) Berpakaian yang beda dengan peserta tetapi tetap pantas dan rapi.
Cara yang paling mudah untuk dapat tampil beda adalah dengan cara berpakaian yang berbeda dengan peserta pelatihan. Kalau peserta berpakaian seragam dinas, mungkin fasilitator dapat mengenakan setelan baju berdasi. Apabila peserta mengenakan pakaian bebas, fasilitator dapat mengenakan setelan baju yang santai tetapi khas seperti hitam- hitam seperti crew Trans TV.
Dalam berpakaian yang perlu diingat adalah jangan sampai cara berpakaian yang digunakan fasilitator justru kelihatan tidak rapi atau tidak pantas dikenakan di muka umum. Misalnya seorang fasilitator yang mengenakan rok yang terlalu minim atau hanya mengenakan kaos oblong.
Berpakaian sama dengan para peserta sebenarnya ada nilai positifnya, yaitu secara emosional akan lebih dekat dengan peserta. Namun demikian untuk membuat kesan yang berbeda ada baiknya mencoba untuk tampil dengan pakaian yang berbeda. Untuk menjaga keakraban dengan peserta selain dengan cara berkomunikasi yang baik, tentu cara berpakaian juga tidak boleh terlalu mencolok perbedaannya. Misalnya ketika peserta berpakaian seragam dinas, fasilitator justru menggunakan pakaian santai. Cara demikian akan mengesankan fasilitator lebih rendah levelnya di banding pesertanya. Sebaliknya ketika peserta mengenakan pakaian bebas, fasilitator mengenakan stelan jas berdasi. Cara demikian akan mengesankan fasilitator terlalu tinggi posisinya dibanding peserta.
Walaupun berbeda namun seorang fasilitator dalam berpakaian tetap harus memperhatikan efek psikologis dari cara berbakaiannya tersebut. Tidak boleh terlalu tinggi dibanding peserta, tetapi juga tidak boleh terlalu rendah dibanding pesertanya. Ada baiknya untuk meningkatkan rasa percaya diri fasilitator perlu mengenakan pakaian yang secara psikologis sedikit lebih tinggi dibanding pesertanya.
2) Mempunyai ciri khas tertentu (trade mark).Kalau kita melihat acara EMPAT MATA apa yang kita ingat dari sosok Tukul Arwana? Ya, beberapa ciri khas Tukul Arwana yang selalu lekat diingatan kita, antara lain: potongan rambut ala Suneo dalam Dora Emon, tak sobek-sobek, puas-puas dan gerak tubuh gaya khas srimulatnya.
Seseorang yang berkeinginan menjadi publik figur selalu berusaha menampilkan ciri khas yang ada dalam dirinya yang tidak dimiliki oleh orang lain. Iwan Fals mempunyai trade mark gondrong dengan lagu-lagu bertema kritik sosial. AA Gym mempunyai ciri khas bersurban ala Diponegoro dengan dakwah yang lebih mencerminkan kedamaian. Ian Kasela Raja memiliki khas pada kaca mata dengan lagu-lagu slow rock dan masih banyak lagi publik figur yang kita lihat dan mereka selalu mempunyai ciri khusus yang ditonjolkan. Bahkan banyak para publik figur yang menonjolkan ciri khusus justru dari kekurangan yang dia milikinya.Yati Pesek, justru karena hidungnya yang pesek. Tukul juga banyak menonjolkan bibir dan giginya. Dan banyak para pelawak yang justru mencari penghidupan dengan bermodalkan wajahnya yang jelek.
Dalam acara Indonesia Idol maupun AVI para komentator selalu menggiring para kontestan untuk terus mengeksplore ciri khas unik yang dimilikinya. Dengan menemukan ciri khas, maka akan mudah dikenal. Dengan mudah dikenal maka akan lebih mudah ”dijual”. Demikian juga seharusnya seorang fasilitator juga harus berusaha menemukan ciri khas yang dia miliki kalau ingin mudah dikenal oleh orang banyak. Tentu fasilitator berbeda dengan artis. Kalau artis lebih banyak bergelut pada dunia hiburan, sementara fasilitator lebih banyak bergerak pada pengembangan sumber daya manusia dan akademik. Oleh karena itu fasilitator tentu juga harus mengembangkan atau mendapatkan jati diri khusus dengan cara yang sesuai dengan bidangnya.
Seseorang yang berkeinginan menjadi publik figur selalu berusaha menampilkan ciri khas yang ada dalam dirinya yang tidak dimiliki oleh orang lain. Iwan Fals mempunyai trade mark gondrong dengan lagu-lagu bertema kritik sosial. AA Gym mempunyai ciri khas bersurban ala Diponegoro dengan dakwah yang lebih mencerminkan kedamaian. Ian Kasela Raja memiliki khas pada kaca mata dengan lagu-lagu slow rock dan masih banyak lagi publik figur yang kita lihat dan mereka selalu mempunyai ciri khusus yang ditonjolkan. Bahkan banyak para publik figur yang menonjolkan ciri khusus justru dari kekurangan yang dia milikinya.Yati Pesek, justru karena hidungnya yang pesek. Tukul juga banyak menonjolkan bibir dan giginya. Dan banyak para pelawak yang justru mencari penghidupan dengan bermodalkan wajahnya yang jelek.
Dalam acara Indonesia Idol maupun AVI para komentator selalu menggiring para kontestan untuk terus mengeksplore ciri khas unik yang dimilikinya. Dengan menemukan ciri khas, maka akan mudah dikenal. Dengan mudah dikenal maka akan lebih mudah ”dijual”. Demikian juga seharusnya seorang fasilitator juga harus berusaha menemukan ciri khas yang dia miliki kalau ingin mudah dikenal oleh orang banyak. Tentu fasilitator berbeda dengan artis. Kalau artis lebih banyak bergelut pada dunia hiburan, sementara fasilitator lebih banyak bergerak pada pengembangan sumber daya manusia dan akademik. Oleh karena itu fasilitator tentu juga harus mengembangkan atau mendapatkan jati diri khusus dengan cara yang sesuai dengan bidangnya.
3) Gunakan sapaan yang khas kepada peserta untuk mengingat anda.Saya teringat ketika menjadi peserta pelatihan pada tahun 2002, CJ Tukiman Taruno membuat kesepakatan kepada peserta pelatihan tingkat Nasional dengan salam Halo di balas hai, dan sebaliknya Hai dibelas dengan halo. Waktu itu kalau ada teman yang menyapa dengan salam tersebut, langsung teringat CJ Tukiman Taruno. Sejalan dengan perkembangan waktu ternyata salam semacam itu sekarang digunakan hampir disemua model pelatihan, dan hebatnya – Halo hai – masih yang terfavorit.
Ada baiknya seorang fasilitator menciptakan sapaan-sapaan yang khas yang belum menjadi trade mark orang lain, seperti: Selamat pagi dijawab siap-siap, Selamat siang dijawab kerja keras, Selamat sore dijawab terima gaji dan selamat malam dijawab enak tenan. Tentu masih banyak lagi sapaan-sapaan yang akan kita ciptakan untuk membuat peserta terkesan. Salam semacam itu selain sebagai sapaan khas juga sebagai salah satu strategi memusatkan perhatian.
Ada baiknya seorang fasilitator menciptakan sapaan-sapaan yang khas yang belum menjadi trade mark orang lain, seperti: Selamat pagi dijawab siap-siap, Selamat siang dijawab kerja keras, Selamat sore dijawab terima gaji dan selamat malam dijawab enak tenan. Tentu masih banyak lagi sapaan-sapaan yang akan kita ciptakan untuk membuat peserta terkesan. Salam semacam itu selain sebagai sapaan khas juga sebagai salah satu strategi memusatkan perhatian.
4) Gunakan alat peraga ciptaan sendiri.Alat peraga yang unik atau belum pernah dilihat oleh para peserta akan mempunyai daya tarik tersendiri. Alat peraga yang demikian biasanya dibuat sendiri oleh fasilitator yang bersangkutan. Misalnya teman saya Yasro ketika memfasilitasi selalu membawa alat peraga Sepak Bola Matematika ciptaannya sendiri. Saya juga sering membawa mesin penghitung pasaran dan neton, dan masih banyak lagi contoh para fasilitator yang sukses karena membawa alat peraga ciptaannya sendiri dan tentu tidak bisa saya sebutkan satu persatu dalam tulisan ini.
5) Buatlah lagu untuk memperkenalkan diri.Membuat lagu untuk memperkenalkan diri juga merupakan cara menarik untuk menarik perhatian peserta kepada peserta pelatihan. Misalnya lagu sederhana seperti:
hitam manis-hitam manis
yang hitam manis
pandang tak jemu-pandang tak jemu.
yang hitam itu sunarto yang
hitam manis itu sunarto
Dengan lagu tersebut peserta akan mudah sekali teringat seorang fasilitator yang mempunyai ciri khas hitam manis yang bernama sunarto.
hitam manis-hitam manis
yang hitam manis
pandang tak jemu-pandang tak jemu.
yang hitam itu sunarto yang
hitam manis itu sunarto
Dengan lagu tersebut peserta akan mudah sekali teringat seorang fasilitator yang mempunyai ciri khas hitam manis yang bernama sunarto.
b. Sajikan materi kita dengan teknik yang berbeda dari penyaji-penyaji sebelumnya.
Kalau biasanya materi tersebut disajikan dengan ceramah dengan bantuan power point saja, cobalah dengan teknik diskusi, atau dengan teknik debat aktif. Kalau biasanya sudah disajikan dengan teknik diskusi, cobalah dengan teknik games dan sebagainya. Kita bisa mempelajari berbagai teknik penyajian ini pada tulisan saya yang akan datang yang akan mengupas banyak tentang metode pelatihan.
Kalau biasanya materi tersebut disajikan dengan ceramah dengan bantuan power point saja, cobalah dengan teknik diskusi, atau dengan teknik debat aktif. Kalau biasanya sudah disajikan dengan teknik diskusi, cobalah dengan teknik games dan sebagainya. Kita bisa mempelajari berbagai teknik penyajian ini pada tulisan saya yang akan datang yang akan mengupas banyak tentang metode pelatihan.
c. Sajikan materi dengan sistematis.
Materi yang sistematis akan mudah dipahami. Materi yang dipahami dengan baik membuat peserta bertahan sampai akhir sesi kita. Sebelum menyajikan materi alangkah baiknya jika kita sajikan terlebih dahulu tujuan sesi, kerangka dasar materi, dan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan pada pelatihan tersebut. Dengan begitu kita sudah membantu peserta untuk memetakan konsep materi yang dia terima pada saat itu. Setelah itu baru kita sajikan materi sesuai dengan sistematika materi pelatihan dan kita sajikan sesuai dengan langkah-langkah yang telah kita sepakati bersama.
Materi yang sistematis akan mudah dipahami. Materi yang dipahami dengan baik membuat peserta bertahan sampai akhir sesi kita. Sebelum menyajikan materi alangkah baiknya jika kita sajikan terlebih dahulu tujuan sesi, kerangka dasar materi, dan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan pada pelatihan tersebut. Dengan begitu kita sudah membantu peserta untuk memetakan konsep materi yang dia terima pada saat itu. Setelah itu baru kita sajikan materi sesuai dengan sistematika materi pelatihan dan kita sajikan sesuai dengan langkah-langkah yang telah kita sepakati bersama.
d. Tampilan presentasi (power point) yang menarik perhatian.
Power point merupakan pusat perhatian ke-2 setelah fasilitator. Selain sebagai pusat perhatian power point juga membantu fasilitator untuk terus menyajikan materi dengan sistematis sesuai dengan perencanaan. Power point juga akan membantu fasilitator untuk tidak melupakan atau melewatkan langkah-langkah kegiatan. Di sini fasilitator akan terbantu dengan sangat terencana misalnya ice breaking yang ini akan ditaruh pada sesi yang mana, pada saat apa fasilitator akan mengeluarkan joke yang telah disiapkan dan sebagainya.
Oleh karena itu power point harus dibuat semenarik mungkin tetapi jangan teralu ramai sehingga justru mengaburkan poin-poin utama yang kita sajikan. Mengenai aturan penggunanaan power point dalam pelatihan yang lebih lengkap kita bisa membaca di http://7db.blogspot.com/2007/08/sudah-terbit-tujuh-dosa-besar.html – 69k -
Power point merupakan pusat perhatian ke-2 setelah fasilitator. Selain sebagai pusat perhatian power point juga membantu fasilitator untuk terus menyajikan materi dengan sistematis sesuai dengan perencanaan. Power point juga akan membantu fasilitator untuk tidak melupakan atau melewatkan langkah-langkah kegiatan. Di sini fasilitator akan terbantu dengan sangat terencana misalnya ice breaking yang ini akan ditaruh pada sesi yang mana, pada saat apa fasilitator akan mengeluarkan joke yang telah disiapkan dan sebagainya.
Oleh karena itu power point harus dibuat semenarik mungkin tetapi jangan teralu ramai sehingga justru mengaburkan poin-poin utama yang kita sajikan. Mengenai aturan penggunanaan power point dalam pelatihan yang lebih lengkap kita bisa membaca di http://7db.blogspot.com/2007/08/sudah-terbit-tujuh-dosa-besar.html – 69k -
No comments:
Post a Comment